Persalinan Pertamaku : Bedah Sessar

Kehamilan pertama saya berlangsung sangat baik. Saya jarang mual dan muntah. Saya makan dengan baik dan rajin periksa kandungan. Ketika kehamilan saya menginjak usia 7,5 bulan, sayapun mengambil cuti hamil dan pulang ke rumah orang tua saya di Banda Aceh. Saya berencana melahirkan di sana. Memasuki usia 8 bulan saya dikejutkan oleh hasil pemeriksaan USG dokter A yang menyatakan bayi saya dalam posisi sungsang. Saya diajarkan posisi sujud dengan pipi dan dada menempel di lantai untuk menjungkirbalikkan posisi bayi di kandungan menjadi posisi kepala ke bawah. Beliau hanya menyarankan untuk melakukannya sesering mungkin. Jika posisinya masih sama maka saya terpaksa harus disesar. Karena melahirkan anak pertama yang sungsang sangat berisiko. Begitulah katanya.

Akhirnya saya mengunjungi dokter B. Saya harap beliau akan menolong saya untuk bersalin normal meskipun bayi saya sungsang. Namun bukan seperti yang saya harapkan, beliau langsung menyuruh saya pilih tanggal cantik untuk sesar.

Sebulan berlalu dalam ikhtiar dan do'a. Saya mencoba berbagai posisi yang diajarkan oleh dokter maupun yang saya dapat di youtube. Namun hasil akhirnya tetap sama. Bayi saya tetap sungsang. Ibu saya yang khawatir meminta saya mengikuti apa kata dokter. Akhirnya saya pasrah dan menjalani operasi sessar pada tanggal 9 Desember 2015.

Saya menjalani bedah sessar terencana yang berlangsung malam hari jam 10 malam. Dengan pakaian operasi saya naik sendiri ke meja bedah. Suntikan sana sini, pemasangan infus, semua prosedur medis yang tidak pernah saya rasakan harus saya terima dengan pasrah demi buah hati yang saya cintai.

Sambil duduk dokter anastesi menyuruh saya rileks, menarik nafas dan meyuntikkan obat bius melalui tulang belakang saya. Saya pasrah. Kaki saya mulai kesemutan, sesaat sebagian tubuh saya ke bawah mati rasa. Dokter A yang menangani saya meminta saya untuk berdo'a dan berzikir. Mereka bekerja, melahirkan anak saya, saya terbaring pasrah. Saat operasi berlangsung saya merasa kedua bahu saya seperti ditikam pisau. Sakit sekali. Efek anastesi memang beragam kata dokter. Tidak lama kemudian "Ibu ini bayinya ya, dicium dulu" kata salah satu dokter mendekatkan bayi ke wajah saya. Yang hanya sempat saya cium sekali, sekejap, lalu dibawa pergi, dengan suara tangisan yang pecah di keheningan malam seperti memanggil-manggil saya.. Ibunya.

Pasca operasi selesai saya dipindahkan ke sebuah tempat tidur beroda. Petugas medis mendorong saya keluar. Pikiran saya waktu itu hampa. Benarkah saya sudah melahirkan? Mengapa saya melahirkan dengan cara seperti ini?. Saya merasa kehilangan bayi dalam kandungan saya waktu itu. Suami, Bapak, Mamak, dan beberapa tetangga saya menyambut saya di luar ruangan operasi. Saya menggigil hebat. Ayah saya tampak panik. Beliau menyelimuti saya dengan semua kain yang sudah disiapkan di tas. Susah payah saya berusaha berbicara padanya "tidak dingin, hanya menggigil".

Malam itu saya menginap di ruang rawat inap. Bayi saya katanya di ruang bayi dan diberi susu formula. Jam 2 malam efek biusnya mulai hilang. Suasana hening, suami dan orang tua saya sudah tidur. Air mata saya mengalir tiada henti malam itu, perasaan nyeri luar biasa di bagian sayatan operasi membuat saya tidak tidur sampai pagi.

Keesokan paginya saya meminta suami agar membawa bayi kami ke ruangan. Saya merasa ada cerita yang terputus. Waktu yang saya lalui selama 9 bulan bersama bayi saya dijeda oleh bedah sessar. Tidak mau berlama-lama akhirnya saya merengek ke perawat yang ada agar segera membawakan bayi saya.

Alhamdulillah akhirnya saya bisa memeluk bayi saya, saya berusaha menyusuinya walau rasanya canggung sekali. Laki-laki, kulitnya sawo matang, beratnya 3,6 kg, kami memberinya nama Umar Al-Asyi. Saya seperti sedang mengumpulkan kepingan-kepingan diri saya yang pecah agar kembali utuh. Tentang operasi yang saya jalani, saya berdo'a untuk tidak perlu mengulanginya lagi. Selama-lamanya.

0 Komentar untuk "Persalinan Pertamaku : Bedah Sessar"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top