Sepi, tapi harus dijalani

Keluarga dan teman yang selalu hadir memberikan berbagai warna, entah itu kebahagiaan, keharuan, kesedihan, bahkan kesal, marah, dan kecewa. Berbagai warna tertoreh dalam setiap hari seperti episode di sinetron. Riuh, ramai, dari pagi sampai malam tidak ada adegan kosong. Ada saja yang terjadi, ada saja skenario yang digerakkan Tuhan agar kita tetap berlakon. 

Kesibukan itu membuat kita sibuk. Sibuk sehingga kita tidak tahu lagi apa yang penting dan apa yang tidak penting. Bahkan sering terbalik-balik.

Hari ini Tuhan memaksaku untuk jeda. Tiga anak kecil yang biasa membuatku sibuk terpisah oleh seribu Bukit bumi alas dan gayo. Aku bahkan tak bisa menatap imutnya Ubaidillah ku yang masih lugu dan menggemaskan ketika berakting menjadi pahlawan super. 

Mazaya anak perempuanku, celotehannya tak terdengar sama sekali, kepintarannya mengurai kejadian dan perasaannya. Sungguh aku tidak membayangkan dia bisa sepintar itu. Dan kadang dia menendang seseorang karena dia tidak suka diganggu. Pemberani, dan sangat memahami kebutuhannya. Dia pandai memilih, dan tidak bisa dipaksa-paksa. Namun bisa dibujuk dengan kelembutan. Tapi senyumnya tak bisa kulihat. Hanya kubayang-bayangkan, betapa besar matanya menyiratkan cinta kepadaku di saat kukatakan aku akan berangkat latsar dua hari lagi. Ditahannya air mata menggenang di matanya. Tak sampai menetes. 

Pagi ini suamiku mengirimkan foto Abang Umar sedang sarapan. Raut wajahnya sudah menampakkan dirinya yang semakin besar. Gagah sekali di foto, walau aslinya dia sangat kurus. Aku berhutang banyak kepadanya.. Harusnya aku tidak memarahi dia yang mengantuk ketika mengaji, harusnya aku lebih sabar. Harusnya dia sering kubuat tersenyum, tertawa, kupeluk. Maafkan mamak, itu adalah kekurangan mamak dalam menahan emosi. Kadang orang dewasa itu kekanak-kanakan. Pemarah dan sulit memaafkan. 

Hari ini kucoba menjernihkan pikiranku. Semua orang punya benang kusut di kepalanya. Tidak tau mana ujung pangkalnya. Mengurai dari tengah malah menambah kekusutan. Dibiarkan akan tetap kusut. Pelan-pelan. Bersabarlah dengan 'kepelan-pelanan' yuni... 

0 Komentar untuk "Sepi, tapi harus dijalani"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top