Mamak, aku pulang!

Tidak seperti perjalanan hari Sabtu kemarin, perjalanan hari Minggu lebih melelahkan. Walaupun secara jarak tidak ada perbedaan. Tapi menuju rumah manis rumah (home sweet home) dan meninggalkannya memang memberi pengaruh psikis yang berbeda.

Melintasi 150 km dengan sepeda motor matic 110 cc, membuat aku baru menyadari bahwa kecepatan maksimum motorku hanya 105 km/jam. Padahal yang tertera di speedometer adalah 140 km/jam. Aku merasa ditipu oleh produsen motor jepang. Tapi, menurut Rachmat, teman touringku hari itu, 140 km/jam itu adalah kecepatan motor tanpa penumpang. Artinya parkirkan motor dalam keadaan roda menggantung. Lalu tarik gas maksimum, maka roda akan berputar dengan kecepatan maksimum, 140 km/jam untuk jenis motorku. Baiklah, yang muda mengalah.

Selain efek psikis, perjalanan kembali ke Calang terasa lebih lelah karena angin yang bertiup hari itu sangat kencang, sehingga bagiku dengan bobot tubuh pas-pasan, mengendarai motor dengan melawan arah angin adalah hal yang berat. Sedikit kehilangan kestabilan saja bisa berakibat fatal.

Pegunungan Kulu adalah tantangan terberat dalam perjalanan kembali ke Kota Calang. Jalanan yang sempit dan berliku, serta tikungan-tikungan sepanjang jalan-jalan yang membelah pegunungan kulu merupakan tantangan yang berat. Apalagi aku tidak begitu lihai berkendara di medan pegunungan. Meskipun demikian, aku masih mampu menyalip beberapa mobil. Melewati turunan yang menikung adalah kesempatan emas untuk menyalip mobil, sekaligus berbahaya! Jalan di tikungan berkontur tidak rata dan beberapa mobil atau motor bisa saja sedang melaju dari arah berlawanan.

Pemandangan pegunungan dan hamparan lautan yang memeluk pulau-pulau kecil tersuguh cantik di sepanjang perjalanan. Hatiku bersajak sendiri..

hatiku adalah laut biru
mengalir luas tiada sekat
memeluk kaki-kaki pulau
membuat yang jauh menjadi dekat

Beberapa sapi yang berkeliaran di badan jalan kadang memaksa aku mengerem mendadak. Di saat-saat seperti itu, aku merasa sedang beredar di atas papan permainan monopoli. Sudah sampai di India! Aku bercanda sendirian.

Melewati Lamno, usai sudah perjalanan melewati Pegunungan Kulu dan Geurutee. Jalan kini tidak begitu sulit. Jalan-jalan aspal mulus yang lebar dan sepi tampak seperti arena balap moto-GP. Matahari sudah masuk sebagian, hari sudah hampir maghrib. Kupacu sepeda motorku. Beberapa energi yang tadi hilang terasa kembali memenuhi jiwaku.

Rachmat beberapa kali mendahuluiku. Namun ia lebih banyak di belakangku. Bukan kalah balapan, tapi ia khawatir saja jika terjadi apa-apa padaku, sang perempuan di antara kami. Rachmat dan aku terikat persahabatan sejak kami sama-sama ditempatkan di meulaboh. Ia selalu baik walau aku (kadang) menyebalkan. Ia tabah saja ketika kupanggil sok laku, atau kuminta menuntunku pulang karena belum hapal jalan. Lalu persimpangan Kota Calang memisahkan kami, aku berakhir dengan makan malam mie instan yang kumasak di rice cooker, dan ia melanjutkan 95 km lagi ke Kota Meulaboh.

Mamak... aku rindu lagi.


posted from Bloggeroid

0 Komentar untuk "Mamak, aku pulang!"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top