Proses beranak

Belum habis kaget gara-gara kawan-kawan satu sekolahan pada mau nikah, kaget kembali harus eksis lagi, gegara trend sudah berjalan semakin maju menjadi : beranak.

Yes madam, melestarikan keturunan. Dunia sudah mulai menuntut generasi kami untuk menjadi pengurus organisasi kehidupan ini.

Langsung saja aku dan temanku yang ehm ehm hampirrr sidang di sana, yulia, mendiskusikan hal penting ini. Dan dia menganggap aku terlalu berlebihan. Terlalu ribet. Dan terlalu absurd. Temanya sama : beranak.

Untuk sampai ke tahap beranak, kita harus melewati hal-hal yang sangat kompleks terlebih dahulu. Mulai dari menemukan orang yang kita suka dan disukai balik, lihat cerita Siti, sudah 5 episode tapi belum kelar juga, padahal cuma tahap pendekatan. Selanjutnya ikhlas, sepakat untuk menikah, lalu mengenalkan pada orang tua. Tahap ini saja sudah makan waktu lama dan banyak energi. Belum lagi pulsa dan kesiapan mental untuk perkenalan ke tahap keluarga.

Ba'da setuju, mahar harus disiapkan, lalu prosesi lamaran. Lamaran : menyiapkan jamuan, senyum-senyum sama camer, lalu keluarga camer pulang dan satu cincin sudah ngepas di jari manis.

Selanjutnya persiapan pernikahan dan pesta. Energi, uang, tenaga, pikiran, dan cuti tercurah ke acara ini. Mulai dari pakaian nikah, pakaian pesta, pelaminan, catering, teratak, dan lain-lain. Huftttt... beranak is not easy right?

Selanjutnya malam pertama, jelas bingung karena gak tau mau ngapain. Maksud hati mau tidur eh pasti digangguin terus. Lalu apa yang terjadi terjadilah. Pasrah saja. Lalu datang malam kedua, ketiga, dst. Tiba-tiba disuatu hari kita mulai panik karena belum juga haid. Dan rupanya hamil. Ada sesuatu di dalam perut. Sesuatu yang hidup. Lama-lama semakin besar dan memaksa kita untuk makan lebih banyak sehingga buncit dan gemuk.

Tanpa mau tahu sudah jam berapa, tiba-tiba dedek bayi minta keluar. Panik pasti. Lalu sakit yang luar biasa. Hingga lahirlah seorang anak yang mesti harus dipotong tali pusar dan disusui sendiri. Well... saya sudah lelah. Saya padankan soal beranak sampai di sini dulu. Memikirkannya saja menghabiskan energi.

Ada bagian cerita yang sengaja tidak kudiskusikan dengan Yulia. Itu karena bentuk penghormatanku padanya. Yakni ada tahap yang lebih awal, yakni lulus kuliah. Setidaknya untuk kami. Mari sama-sama kita do'akan agar Yulia segera lulus lalu dapat menikah dengan lelaki setampan fedi nuril dan punya anak lima belas. (Serius!)

0 Komentar untuk "Proses beranak"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top