Segenggam cinta Siti (5)

"Sitdown!!! Kamu kemana aja? Aku males harus pulang ke Indonesia cuma buat obrak abrik karung nyariin kamu."

It's me, Robi. Please say something..

Sebuah email masuk. Lagi. Sudah seminggu Siti tidak membalas email Robi. Siti merasa malu hati pada Bang Din. Dia mengerti betapa sakitnya Bang Din berusaha menahan dirinya sendiri agar tidak menyapa Siti hingga hari ini. Betapa ia lelah menahan rindu dan memendam semua rasa di hatinya.

Pernah suatu kali Bang Din menemui Siti di rumahnya. Pertemuan terakhir mereka. Ia dingin dan tanpa senyum. Di ruang tamu yang membisu. Satu persatu kata yang mewakili hatinya diucapkan dalam nada yang tunduk "Siti, abang sadar abang kurang, sangat tidak pantas bersanding dengan Siti yang sebentar lagi jadi sarjana. Tapi abang hanya pernah satu kali menginginkan seseorang, seseorang yang tak akan abang kecewakan." Perlahan air mata mengalir lembut melalui sudut matanya. Melehkan panas di hatinya. Hasratnya yang diredam dengan kuat. "Abang tidak memilih untuk mencintai Siti, sudah abang lawan tapi tidak mampu. Mungkin ini adalah rasa yang benar. Kalau Siti bersedia menerima. Saya ingin kita bersama". Hati Siti terluka mendengarnya. Perut Siti terasa berputar, hampir ruah semua sesaknya. Ia hampir..hampir saja menggenggam tangan Bang Din saat itu. Merasa bersalah atas semua perasaan Bang Din. Tapi ia hanya diam. Ia tidak pernah berbuat begitu. Dan tak mungkin ia lakukan. Terlalu film India pikirnya.

Dari kejadian itu Siti tahu benar hati Bang Din. Lalu Siti memutuskan mengabaikan email Robi lagi kali ini. Saat ini ia hanya ingin menjadi gelas yang kosong.

0 Komentar untuk "Segenggam cinta Siti (5)"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top