Angin Desember

Di bawah tumpukan kayu dan sampah yang menjulang, di sana lah teman-temanku terjepit..

Mungkin sebagian tertusuk tepat di lehernya. Sebagian lain mungkin kehilangan tangan dan kaki.

Wajah-wajah mereka membiru.

Paru-paru mereka penuh air kotor yang rasanya memedihkan hidung hingga ke otak.

Berbilang bulan mereka tergeletak tanpa evakuasi.

Terbakar di bawah terik matahari. Lebam, hitam dan membengkak.

Kulit tubuh meretas. Hilang sudah rupa wajah. Tak dikenali lagi.

"Pedih sekali kawan.. pedih sekali.." isak mereka dalam suara tak terdengar, dalam air mata tak terlihat.

Tapi hati kami masih saling bicara dalam rindu.

Kami do'akan teman. Kami do'akan. Kami tidak lupa dengan suara tawa kita yang pernah bercampur di langit, dalam satu permainan kanak-kanak kita dulu.

Setiap jengkal aspal di desa ada tapak kenangan kita.

Di tanggul pinggir sungai itu sepatu-sepatu kita memukul cepat berkejaran sepulang sekolah.

Namun hanya sampai seragam sekolah kita dulu. Tak bisa kita saling menggoda di hari-hari menjelang pernikahan.

Karena kalian adalah anak-anak remaja saja. Yang tak sempat berjumpa dewasa.

Biar aku saja yang menemuinya kawan. Kalian tidurlah..

Tidurlah dalam angin desember yang selalu menghembuskan zikir-zikir.

0 Komentar untuk "Angin Desember"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top