Cita-Cita, siapa kah kamu?

Beberapa hari ini saya banyak berpikir dan merenungkan mengenai pekerjaan saya. Saya merasa bingung. Apa ini akan menjadi pekerjaan saya selamanya, atau tidak. Apakah sisa umur saya akan saya habiskan untuk bekerja di perusahaan ini?

Baiklah, terlebih dahulu saya mau menjabarkan kepada diri saya latar belakang persoalan pekerjaan saya, karena saya sedang bingung dengan diri saya sendiri. Dengan apa yang sebenarnya saya inginkan.

++Saya bekerja di sebuah perusahaan BUMN.

++Gaji dan bonus saya cukup memuaskan sebenarnya.

++Beban kerja tidak terlalu berat, saya tidak pernah lembur atau membawa pulang pekerjaan ke rumah.

++Jam kerja saya dari jam 08.00 s.d 15.30. Kurang lebih jam 16.00 saya sudah berada di rumah, dengan 1 jam istirahat siang yang juga saya manfaatkan untuk pulang ke rumah.

++Hari libur saya mulai hari Sabtu jam 13.00 sampai Minggu. Ya saya bekerja dari Hari Senin sampai Sabtu siang.

++Saya menguasai bidang pekerjaan saya. Yakni sedikit ilmu leadership dan manajemen karena saya pemimpin di unit kerja, dan ilmu marketing untuk meningkatkan omset.

Di balik itu semua, ada beberapa persoalan yang saya keluhkan.

--Setelah dipotong cuti bersama, jumlah cuti saya hanyalah 10 hari selama setahun.

--Saya sangat sulit untuk ijin tidak masuk kantor (kecuali alasan sakit yang berat), sehingga saya sulit bermasyarakat (kondangan, ikut wirid, mengunjungi orang kemalangan, termasuk menjaga anggota keluarga yang sakit)

--Waktu bersama anak kurang.

--Sewaktu kuliah saya memang bercita-cita bekerja di perusahaan persero, tapi motivasi saat itu hanya pendapatan yang lebih besar dari pada PNS.

--Saya bingung apakah saya masih memiliki kesempatan lain yang lebih baik dari ini? Bekerja tapi tidak terlalu begini amat.

--Saya ingin kesempatan bermasyarakat, menjadi anggota wirid yasin, belajar memasak besar untuk acara pesta, belajar menjadi petugas pengurus jenazah di kampung tinggal saya.

--Saya tidak menemukan tempat pengajian di tempat tinggal saat ini, saya merasa hampa.

--Saya ingin mendapat kesempatan belajar lagi.

--Saya ingin menjadi pemateri di seminar-seminar.

--Saya ingin berbagi pengetahuan.

--Melanjutkan pendidikan S2 dan menjadi dosen, saya bingung apakah ini akan menjadi pilihan yang lebih baik?

--Apa sebenarnya cita-cita saya? Cita-cita masa kecil saya? Cita-cita yang demi itu saya rela mati-matian belajar kebut semalaman menghapalkan bahan ujian.

Saya seperti orang dungu. Baru di usia ke 26 ini saya memikirkan cita-cita saya apa. Saat saya sudah bekerja, menikah, bahkan punya anak. Tapi tunggu biarkan saya berpikir dengan jernih, saya yakin saya pernah memilikinya, cita-cita itu..

Saya harus menjernikah hati saya, agar serpihan-serpihan cita-cita saya yang sudah hancur terbenam ke dasar lautan rutinitas bisa terlihat. Kalau beruntung saya bisa menariknya kembali. Membawanya kepangkuan saya, memeluknya, sesuatu yang menggairahkan diri saya lagi. Saya harus memberi diri saya waktu.

3 Komentar untuk "Cita-Cita, siapa kah kamu?"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top