Pernikahan itu Sekolah Lanjutan

Pernikahan tak ubahnya sebuah sekolah, di sana ada berbagai mata pelajaran. Berhitung, membaca, sains, keterampilan, sosiologi, pendidikan karakter, agama, dan masih banyak lagi. Semua mata pelajarannya berbasis praktik lapangan. Ada banyak PR yang harus dikerjakan. Dan tentu ada ujiannya, kalau beruntung kita juga mendapat kesempatan melakukan remedial jika kita gagal ujian.

Dalam sehari misalnya seorang ayah harus bangun pagi-pagi, membangunkan anggota keluarga yang lain untuk melaksanakan shalat. Mandi di jam yang tepat agar tidak terlambat berangkat kerja, memilih bahasa yang tepat untuk memotivasi anaknya yang malas agar mau belajar, atau langsung saja memaki-maki anaknya dengan sebutan pemalas dan tidak tahu berterima kasih. Lalu berangkat ke kantor. Saat pulang ke rumah dia mencari waktu yang pas agar bisa melaksanakan olahraga agar tetap bugar. Kalau bisa berupa permainan yang seru agar bisa melibatkan istri dan anak, serta dapat mengasah skill, bermain badminton misalnya. Saat mau mandi sore tiba-tiba pipa air memuncratkan air keluar, ternyata penyebabnya pompa airnya bukan pompa air otomatis, ibu lupa membuka keran di bak mandi saat pompa airnya menyala. Akibatnya pipa terlepas sebab tekanan air yang kuat. Ayahpun mencari tahu bagaimana cara memperbaiki pipa yang lepas, membeli peralatan yang diperlukan seperti plaster pipa atau karet dari ban dalam untuk mengikat pipa.

Begitulah misalnya. Keseharian yang dilalui akan mengajarkan berbagai pelajaran baru. Semua masalah mengajarkan kita tentang solusi. Ada banyak cara yang tersedia, tinggal kita yang memilih. Mau cara halus, cara kasar,  cara murah, cara aman, atau mengandalkan orang lain. Yang jelas semua ada konsekuensinya. Ditambah lagi ada pengawasnya. Siapa itu? Ada mata anak-anak yang senantiasa memperhatikan, merekam, mengingat, dan bisa jadi mencontoh apa yang dipraktekkan orang tuanya.

Begitu juga seorang istri atau ibu. Mencoba berbagai resep masakan agar keluarganya selera makan dan sehat bugar. Tapi kadang harus mengelus dada ketika masih saja makanan di luar yang menjadi favorit keluarga. Di saat anaknya sakit juga harus paham apa yang dibutuhkan anak, jika penyebab sakitnya virus ya harus memperkuat antibodi dan tidak perlu terlalu banyak obat-obatan dokter, jika penyebabnya kuman mungkin perlu tambahan antibiotik dan resep dokter. Berbelanja pun harus seimbang, antara membeli sayur, ikan, kacang, bumbu dapur, cemilan, buah, kerupuk, kalau bisa dapat semua dengan budget 100 ribu rupiah. Hahaha... Tak hanya itu, banyak sekali kemampuan lain yang akan dimiliki seorang wanita bersamaan dengan peningkatan perannya. Yang mula-mula hanya seorang istri, lalu menjadi ibu satu anak, menjadi ibu dua anak, tiga anak, menjadi juru masak di acara kondangan, penyambut tamu besan di acara pernikahan, pelaksana tajhiz mayit, dan seterusnya. Semua kesibukan, tantangan, kelelahan, kerepotan, akan mendidik seorang wanita menjadi lebih dan lebih. Lebih bijak, lebih banyak pengetahuan, lebih efisien (hemat), lebih efektif (cepat), lebih lengkap dan insya Allah yang terpenting yakni lebih SABAR.

Wallahu'alam.
~catatan seorang siswa

0 Komentar untuk "Pernikahan itu Sekolah Lanjutan"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top