Di luar, hujan masih turun rintik-rintik. Tapi perutku sudah tidak bisa menunggu lebih lama. Aku sangat lapar. Hanya ada beras di kamar, tiba-tiba aku teringat rumah. Pasti di rumah, mamak sudah selesai membuat sewajan nasi goreng hangat dengan telur dadar dan kerupuk. Ini akhir pekan perdana dalam hidupku yang kulewati sendirian, di kostan, bersama buku dan siaran radio RRI yang beruntung masih bisa tertangkap di calang ini.

Menelusuri pasar di tengah gerimis kecil dan udara dingin yang segar. Beberapa toko terlihat belum buka. Mungkin masih menikmati pagi minggu bersama keluarga di depan tv. Membeli sayuran tidak mungkin kulakukan, karena tak ada kompor di kostan, bisa saja aku memasak di rice (mother of) cooker, (penemuan terbaik manusia), tapi percuma aku tidak punya bumbu dapur.

Akhirnya aku mampir di sebuah swalayan. Aku ingin membeli roti, mentega, dan coklat. Aku ingin memanggang roti di satu-satunya alat memasak yang aku punya: mother of cooker. Tapi rotinya kemasan besar, terlalu mubazir karena tak sanggup kuhabiskan. Akhirnya aku membeli beberapa butir telur, kecap, biskuit, dan susu coklat. Sebenarnya minum susu sapi tidak begitu baik bagiku yang alergi. Sinusku bisa saja kumat dan membuatku tidak bisa bernafas semalaman. Tapi kuku tanganku memberi sinyal lain. Bunga kuku berupa bercak putih muncul di kuku ku. Menurut majalah yang aku baca dulu, itu artinya aku mengalami kekurangan kalsium. Yasudah, satu kotak saja mungkin tidak apa-apa pikirku.

Lalu aku pulang untuk menyiapkan sarapan. Tak ada teman dan keluarga. Memasak dalam kesendirian dan kebisuan, tenggelam dalam buku dan fantasi rimba papua.


Telur rebus

posted from Bloggeroid

0 Komentar untuk " "

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top