Koper 2013

"Mak, dek Uni mau pindah" kataku melalui sambungan telepon kepada Mamak yang berjarak lima jam dariku, Banda Aceh. "Pindah kemana lagi?" Pertanyaan yang aku setting sedari awal panggilan ini kurencanakan. "Ke Calang Mak" jawabku. "Wah, jadi lebih dekat dengan Banda Aceh, kapan pindahnya?" Mamak begitu antusias mengetahui jarak kami hanya dua jam perjalanan naik mobil. "Besok mak, Senin".

Dengan menggendong tas ransel hitam besar yang terjejal sesak dengan pakaian dan peralatan mandi. Aku pamit pada uli, sahabatku selama di meulaboh, yang sudah merelakan tilamnya aku pakai selama aku ngekost di rumahnya, kak meli, mamaci, dan kak dewi, pembantu mereka yang muallaf dan sangat pekerja keras. Konon ketika ia sedang hamil sembilan bulan, ia masih membantu suaminya, lelaki jawa berkulit putih dan bersuara lembut, mengaduk semen untuk mengecor rumah mamaci.


Aku sangat ingin memeluk mamaci saat itu. Tapi aku takut tangisku tumpah jika aku nekat memeluknya. Mamaci yang senantiasa bangun pagi untuk menyiapkanku nasi goreng dan telur dadar setiap pagi. Yang memasakkan makan siang dan makan malam. Yang memaksaku minum obat china ketika radang tenggorokanku kumat tempo hari.

Lalu kenangan melambaikan sapu tangan perpisahan. Aku memacu motorku di kecepatan 90 km/jam dan berusaha mempertahankan kecepatan itu agar aku segera sampai ke pangkuan hari esok. Tahun ini, aku sudah menyeret koperku ke sana sini. Bukan untuk berwisata, tapi untuk bekerja. Ah, aku merasa tua.

 


0 Komentar untuk "Koper 2013"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top