Kostan/Kamar kost

Kostan. Nama suatu tempat dimana seorang lajang perantau menepikan harapan-harapannya sepulang kantor. Kostan adalah sebuah kotak rahasia seorang lajang perantau. Hanya di kostan lah seorang lajang perantau bersedia jujur tanpa ada yang perlu ditutup-tutupi. Baik ketika ia menjamak makan pagi ke makan siang, atau bahkan mengqashar makan yang semula tiga kali sehari menjadi dua kali saja. Atau bahkan mensubstitusi nasi dengan roti atau mungkin dengan remah2 roti tetangga yang ditaburkan untuk merpati. Jangan katakan mustahil! Tak ada yang tahu rahasia lajang perantau.. really, suer!

Maka memilih kostan seharusnya seselektif memilih pasangan hidup. Jika tidak mau relokasi hati sering terjadi. Oh. Relokasi kostan maksudnya.

Dan kenyamanan memang mesti dikedepankan. Ya, tepat setelah kenyamanan langsung prioritas ke dua: 'murah'.

Beberapa hari mencari kostan di calang memang tidak lah mudah. Beberapa kostan memang ditawarkan dengan harga murah, bahkan hanya 300 rb per bulan. Tapi setelah survei ke TKP (tempat kejadian perkara), aku hanya bisa mengatakan "saya pertimbangkan dulu...".

Rumah itu adalah milik seorang pemuda yg berprofesi sebagai satpol PP. Rumah itu berdinding triplek yang bercelah dimana-mana, begitu pula dinding kamarnya. Lantainya terbuat dari semen yang dilapisi karpet plastik. Dalam kamar yang sangat sederhana itu ada sebuah pintu yang aku kira pasti menuju kamar mandi. Ketika aku buka, gagang pintunya begitu keras "ini tidak bisa dibuka?" Tanyaku pada laki2 yang sedari tadi mengikutiku dari belakang, si satpol PP muda. "Kalau mau ke kamar mandi jangan melalui pintu itu, itu menuju kamar temanku yang juga satpol PP". Bagaikan jamur yang terendam air. Hidungku mengembang. "Lah, jadi di sebelah cowok? Aku tinggal serumah sama cowok?" Aku terpelongo, bertanya dengan nada memaki. Pikiranku melayang pada aksi beberapa pasang mata yang akan muncul di sela2 triplek ketika aku ganti pakaian di kamar."Ya kalau mau.." jawabnya polos.

Aku menatap Ami dengan perasaan yang gila, Ami, temanku menawarkan rumah itu. "Yun, kita cari lain aja" balas ami prihatin

"Atau rumah lain, itu di depan!" Pria satpol PP itu mencoba menawarkan rumah lain. Aku masih ikut saja, pria itu kelihatan sangat tulus. Dia pria bertubuh sedang dengan sepasang lesung pipi. Dibukanya pintu rumah yang juga berdinding triplek. Lantainya semen yang sudah berlumpur, bercak-bercak sepatu dan sandal ada dimana2. Ia mengajakku melihat-lihat kamar mandi. Aku mendadak demam. Kulihat tumbuhan liar sudah menjulur ke dalam toilet melalui sela2 atap. Seperti film2 Jumanji saja.

Aku langsung teringat rumah di wisma yang ditawarkan satpam kantorku tempo hari. Bersih, berkeramik, kamar mandi yang nyaman di dalam kamar, dan mahal. Kuputuskan mengambilnya saat itu juga. Nomor satu : Nyaman.
posted from Bloggeroid
0 Komentar untuk "Kostan/Kamar kost"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top