Pray for istri bang wandi

Bang wandi, salah satu sekuriti kantorku, tadi pagi usai bersih-bersih kantor pamit padaku. "Yun, abang permisi pulang ke kampung ya, pasar di sana kebakaran". Aku yang sedari tadi sibuk sekali karena, (baca-baca blog) banyak pekerjaan, roaming sejenak, lain kali kalau di banda aceh ada pasar yang terbakar aku sepertinya harus ijin bolos kantor juga . "Tempat istri abang jualan yun" buru-buru dia klarifikasi rencana sesatku. "Oh, iya bang, silahkan" kataku. "Nanti si jol yang gantiin abang". Tutupnya lalu pergi dengan wajah cemas. Kabarnya pasar di sana ludes terbakar. Termasuk kios kayu milik istrinya bang Wandi.

Tinggallah bang her dan aku di kantor kami yang memang minimalis sekali soal jumlah pegawai. Bang her itu adalah kasir, dari tadi aku lihat ia hanya berdiri-diri saja. Kurasa itu karena tempat duduknya sudah aku kuasai seperti biasanya. Maklum, jarakku dengan bangku kuliah masih berselang satu tahun. Jadi prinsip siapa datang cepat boleh duduk sesuka jidat masih melekat kuat. Sebentar... jangan menghakimi. Meja kerja memang sudah definitif. Tapi mejaku itu tidak punya perangkat komputer yang memadai. Terlebih lagi aku tidak bawa laptop ke calang. Dan di kostan pun aku tidak punya tivi. Wajar kannnn aku butuh internet! Ya meja bang her tempatnya. Maafkan aku bang her. Huahahhaa... suatu saat aku yakin bang her pasti akan ngerti, aku bosan, di mejaku hanya ada satu monitor dengan film belah empat. Monitor CCTV. Aku yakin dia akan mengerti kenapa aku sering menyerobot mejanya. Walau ia hanya meninggalkannya sesaat.

"Bang her, istri bang wandi jualan apa?" Tanyaku pada bang her yang hanya bolak balik di belakangku berlagak pegang-pegang berkas padahal mungkin udah dari tadi pengen duduk. "Jualan itu... alat dalam perempuan" jawabnya kurang enak perasaan. Terbayang olehku istri bang wandi sedang berjualan paru-paru, jantung, dan organ tubuh lainnya milik perempuan yang sudah mati dijagal, berdarah-darah. Tapi sepertinya yang dimaksud bang her itu pakaian dalam wanita. "Oh..." kataku berlagak mengerti saja. Tak ingin klarifikasi lagi.

Sayang sekali rasanya kalau kejadian kebakaran menimpa kios-kios pedagang kecil begini. Melihat pasar di terminal sudah jadi tanah lapang saja pernah membuatku nangis sepanjang jalan pulang dari kampus. Terbayang wajah nenek-nenek dan para penjual sayur di sana. Kebetulan aku sering disuruh mamak belanja di pasar. Eh, kok aku ya? Kok mamak gak pernah nyuruh kak dewi? Kok gitu? Ah. Sudahlah. Semoga kios istrinya bang wandi dapat dibangun kembali, semoga juga istri bang wandi bisa tetap jualan 'alat dalam perempuan'.

No picture okeee!!!

posted from Bloggeroid

0 Komentar untuk "Pray for istri bang wandi"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top