Aku adalah perempuan renta yang buta. Yang matanya tak mampu membaca karena sudah kadung dimakan usia, yang bisa kulakukan hanya mendengar, maka itu aku lakukan dengan sungguh-sungguh. Begitulah aku menyimak ketika kitab-kitab bertulisan Arab yang sarat ilmu tauhid maupun fiqih itu harus diurai maknanya dalam bahasa yang kupahami.
Aku adalah pembaca yang fasih, tapi sayang aku tidak paham apa yang kubaca. Begitulah aku ketika membaca Al-Qur'an, maka aku membaca terjemahnya dan merujuk pada tafsirnya yang diurai rinci oleh ulama-ulama munfasir melalui lidah ulama-ulama yang adalah guru kami.
Tapi aku disayangi oleh Allah sang Pemilik Segala Ilmu, ia titipkan di hati para ulama melayu bahwa ada banyak wanita renta sepertiku. Maka ulama melayupun menulis kitab berbahasa melayu, kadang arab melayu, bahkan membuat beberapa terjemahan kitab-kitab berbahasa Arab. Ibarat dibuatkan sebuah kaca mata, aku sang wanita renta mulai dapat membaca bahkan ketika sedang sendiri.
Aku adalah sang pengembara yang dahaga. Yang menemukan telaga di tengah padang pasir yang tandus. Walau airnya banyak, tapi aku hanya punya dua telapak tangan kecil yang setangkupnya hanya menampung seteguk. Maka aku harus minum berulang-ulang. Begitulah dayah yang banyak mengalir ilmu di dalamnya, sedang aku hanya punya sepasang telinga yang terbatas pada satu ilmu untuk tiap-tiap kali mendengar. Maka aku harus berulang-ulang datang agar memperoleh semua ilmu secara silih berganti.
Maka jika sekarang aku jauh, sungguh hatiku sangat dekat dan disesaki rindu. Semoga Allah mengasihani aku si perempuan renta, yang senantiasa mengusap-ngusap kedua matanya dengan nama Allah yang bersifat Bashirun, maha melihat. Berharap Allah menerangkan mata hatiku dalam belajar dimanapun. Semoga pula kelak Allah jadikan rahimku sebagai jalan lahirnya ulama-ulama yang cemerlang. Yang belajar, beramal, dan mengajarkan.
0 Komentar untuk "Perempuan Renta"