Kakak, Sedikit Cerita Tentang Kita

Malam ini adalah malam berinai Kak Dewi. Kakakku satu-satunya yang akan menikah beberapa hari lagi. Suaranya menyiratkan kebahagiaan. Dia tertawa malu-malu ketika kugoda dengan sebutan 'dara baro', yang artinya pengantin wanita.

Sayangnya aku hanya bisa mendengar suaranya saja. Karena besok masih hari kerja, maka aku yang di perantauanpun belum bisa pulang ke Banda Aceh. Ada sebuah bahagia yang dibalut rasa syukur hingga mengalirkan air mata. Semua kenangan kami masa kecil hingga dewasa berjalan perlahan di ingatanku. Kami yang tumbuh dan belajar bersama. Hari-hari ia mengajarkanku menghitung perkalian bilangan sembilan dengan menggunakan jari. Saat ia mengatakan bahwa matriks adalah soal matematika UAN termudah di SMA. Sampai akhirnya aku bisa lebih berprestasi dari yang pernah diraihnya.

Selain belajar sepeda dan mengeja alif ba, kami juga senang berlomba. Berlomba-lomba siapa yang paling banyak khatam Al-Qur'an. Siapa yang paling cepat hafal surat pendek. Siapa yang paling jauh berenang. Siapa yang paling lama bisa menahan nafas di sungai. Dan semuanya akan ditutup dengan tawa. Kadang aku yang menang, tapi lebih sering Kak Dewi yang menang.

Kadang kami bertengkar hingga saling pukul. Lalu ia akan mendiamkanku saja. Ia tidak akan mulai berbicara. Hingga aku yang kembali mencoba mulai bicara setelah lelah menahan gengsi selama seminggu. Dia memang pendiam, sedang aku agak tidak bisa diam.

Beranjak dewasa kami mulai menjadi diri masing-masing. Aku yang lebih banyak bergaul dengan teman-teman. Dan dia lebih sering di kamar. Kami mulai jarang bersama. Terlebih ketika aku minta pisah kamar. Walaupun setelah menonton film hantu aku akan kembali ke kamarnya. Meminta sedikit rasa aman dengan menyentuhkan kakiku ke kakinya selama tidur.

Pertengahan tahun kuliah. Aku kembali merapatkan diri padanya. Sekali aku mencoba bercerita dengannya. Dan dia bersedia mendengar ceritaku hingga jam tiga pagi. Walau jam tidurnya biasa adalah jam 10 malam. Tapi dia selalu merasa tertarik mendengar cerita konyolku. Dia bukan tipe orang yang rela menderita demi menghormati. Dia adalah orang yang sangat terbuka. Jika ngantuk ia akan bilang ngantuk. Tapi mendengar ceritaku, ia bersedia ikut tertawa sepanjang malam.

Lalu aku mulai menyadari bahwa dialah orang yang paling layak kusayangi. Dirinya yang sederhana dan apa adanya. Selamat menempuh hidup baru. Segera berikan aku keponakan :)

0 Komentar untuk "Kakak, Sedikit Cerita Tentang Kita"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top