Selimut dan Kakak Laundry

Aku bingung harus bersikap kesal atau santai. Sudah lewat empat hari dari yang dijanjikan selesai. Tapi petugas loundry tetap tidak mengirimkan pesan bahwa selimutku sudah bisa diambil, seperti janjinya minggu lalu. Aku tidak bisa lebih lama lagi tidur tanpa selimut. Memulai tidur tanpa selimut rasanya sama seperti berusaha tidur di lapangan. Terlalu terbuka dan janggal.

Dua hari yang lalu aku sudah datang mengecek, tapi katanya "belum siap, mungkin belum kering". Padahal cuaca sekabupaten Aceh Jaya cerah ceria, bahkan setengah panas membara setiap hari.

Kudorong pintu kacanya, door contactnya membunyikan suara otomatnya, tanda pintu dibuka. Si kakak petugas loundry yang tidur sambil duduk di ruang sebelah yang bersekat kaca dengan ruang depan mendadak terbangun. Ia duduk sejenak, kulihat dia menarik beberapa napas dan mengerjap-ngerjapkan matanya, mungkin agar debar jantungnya berkurang. Ia sepertinya benar-benar tidur tadinya. Usaha menenangkan diri yang bagus pikirku.

"Selimutnya sudah selesai?" Dengan berusaha maklum aku langsung saja bertanya melihat dia menuju ruanganku. "Sudah kak.." jawabnya. "Oh.. kenapa tidak sms?" Tanyaku masih berusaha sabar. "Nomornya salah ya kak? Tadi saya sms tidak masuk" jawabnya sambil mengambil satu bungkusan petak yang gemuk. Kubaca berulang-ulang nomorku yang tertera di bon laundry. "Betul kok, mungkin kakak salah masukin nomornya ya?". Dia diam saja. Tahu dia tidak ingin berpanjang-panjang kata lagi. Segera saja kuucapkan terima kasih dan pulang dengan plastik berisi selembar selimut wangi terlipat rapi. Tidur nyaman malam ini :)

0 Komentar untuk "Selimut dan Kakak Laundry"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top