Mencela, sebuah life style

Calang, adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di kabupaten Aceh Jaya. Yakni terletak di antara bukit-bukit dan pantai. Kota ini masih minim fasilitas. Kondisi malamnya sunyi tanpa riuh suara kendaraan, hingga bunyi jangkrik terdengar nyaring berceloteh di semak-semak. Beginilah gambaran Kota Calang, tempat aku hidup 4 bulan terakhir ini. Di sini aku bertugas di salah satu unit dari kantor induk yang terdapat di Kota Meulaboh, Aceh Barat.

Banyak celaan dari teman-teman soal tempat tinggalku sekarang, yang katanya kampung. Bahkan tak jarang teman-teman yang juga sama-sama bekerja di Calang, ikut mencela dapur tempat periuk nasinya mengepul ini. Salah satunya jika hari libur datang, "tiap minggu pulang ke Banda?" Tanyaku. "Yalah, libur mau ngapain di Calang ni? Gak ada apa-apanya" jawab temanku ketus. Seratus kita tanya, sepuluh ribu dijawabnya. Begitulah gambarannya.

Mencela sudah menjadi bagian dari adat bicara masyarakat kita di tahun-tahun belakangan. Baik hanya bercanda, atau hanya melakukan kebiasaan saja. Maka jangan heran jika penulis populer masa kini adalah yang paling produktif menciptakan celaan yang inovatif. Dan itu malah diberi label kreatif. Lalu pelawak paling populer juga yang paling jago mencela tanpa pikir-pikir. Dan itu namanya lucu dan cerdas. Begitu juga aku yang sudah ikut-ikutan hobi nyela-nyela orang. Tapi Alhamdulillah lagi dalam usaha meninggalkan kebiasaan tersebut.

Terlebih kebiasaan mencela perbuatan baik, dan memuji perbuatan yang buruk. Contoh yang paling sering adalah mencela para single, dengan istilah 'jomblo ngenes'. Sedangkan yang punya pacar atau gebetan dipuji-puji, terlebih kalau malam minggu tiba. Sementara yang jomblo dikatai 'jobless'. Padahal menjadi sebenar-benar single di masa sekarang sangatlah tidak mudah. Jika bukan karena menjaga diri dari menuruti hawa nafsu, kayak yang kaki empat, siapa juga yang mau. Manusia kan? Ya walau sebagian memang karena lagi gak punya pacar aja...

Balik ke topik pembahasan. Seharusnya sebagai orang yang mengaku umat Rasul SAW, kitapun harus meniru lisan Rasul SAW yang selalu dipelihara. Lisan yang tidak mengucapakan sesuatu, kecuali yang benar lagi baik. Beliau mengajarkan kita untuk saling mendo'akan kebaikan saudara kita, bukan menceritakan keburukannya. Kita diperintahkan mengambil pelajaran dari nasehat, bukan malah mencari celah kritik terhadap nasehat yang baik. Dan kita juga diperintahkan mengambil hikmah dibalik musibah, bukan saling tuduh.

Rasulullah as role model of life. That's! The spirit of maulid nabi.

0 Komentar untuk "Mencela, sebuah life style"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top