Perlindungan Allah

Suara-suara kecil di samping kamar membangunkanku. Lampu kamar masih menyala terang. Ternyata aku ketiduran semalam sampai tidak sempat mematikan lampu. Kulihat jam di handphoneku, masih jam 3 pagi. Suara gesekan tangan menyentuh kaca jendelaku terdengar. "Duh! Apa itu?!" Batinku.

Jantungku mulai berdetak kencang. Masih dalam posisi tidur, kusimak baik-baik apa yang tengah berlangsung di luar. Seperti suara jejak kaki. Akupun bangkit dan berdiri memandang arah jendela yang tertutup gorden. Tidak bergerak. Tapi masih ada suara krasak-krusuk yang sangat pelan. "Hop! Hop!" Kataku mencoba mengusir kalau-kalau memang ada maling yang sedang mengendap-ngendap di balik jendela. Aku khawatir membangunkan Bunda (ibuk kos). Semalaman aku dengar beliau batuk-batuk tak bisa tidur.

Beberapa menit berlalu, aku masih memandang ke arah jendela. Antara yakin dan tidak. Merasa telah diintip, kupadamkan lampu agar ia tak dapat melihatku. Sial sekali, dia pasti telah melihatku tidur. Entah ada pakaianku yang sempat tersingkap atau tidak selama tidur, aku tidak tahu. Apakah dia memotretku melalui sela-sela gorden. Tukang intip sialan pikirku.

Sejenak kemudian lampu kembali kunyalakan. Kuambil handphone dan kunyalakan muratal Al-Qur'an agar menjelaskan bahwa di sini aku sudah terbangun dan dia sudah boleh kabur. Suara jejak langkah kaki lagi. Aku masih sama, diam terpaku. Lalu terdengar suara mesin motor dari jarak yang jauh. Sepertinya dugaanku benar. Dia telah kabur.

Aku memang tidak akan berani menyibak gorden untuk memeriksa. Walau ini bukan kali pertama aku mendengar suara mencurigakan di samping kamarku. Sungguh pengecut sekali. Tapi sebenarnya aku takut dicelakai jika aku sampai membukanya tiba-tiba.

Sudahlah pikirku. Biarlah apa yang terjadi di luar, yang penting kamarku aman-aman saja. Aku langsung berwudhu, shalat malam, lalu kembali tidur dengan nyenyak.

Di pagi hari, aku pun bersiap-siap hendak ke kantor seperti biasa. Dengan mengenakan pakaian batik untuk hari jum'at, kupakai kaos kaki,kumasukkan handphone ke tas, kumatikan lampu, dan kuikat simpul gorden untuk mengucapkan selamat pagi pada matahari, rerumputan dan jangkrik-jangkrik di samping rumah. Lalu tiba-tiba aku melihat jendela kamarku sudah tidak ada! Sial! Yang semalam itu berarti memang benar. Engsel jendela dan kayu palang jendela yang dipaku di bagian luar dirusak dan dicabut. Jendelapun sudah tergeletak di tanah. Dia sepertinya memang sudah siap bergerak masuk ke kamarku sesaat sebelum aku terjaga. Nyaris sekali..

Dengan kondisi panik aku laporkan semua kejadian pada Bunda. Lalu Bunda pun segera meminta tolong agar jendela kamarku dipaku mati pada tetangga kami, para pak tara (tentara).

Pikiranku kacau. Andai ia sempat masuk, habis lah aku. Jika memang dia menginginkan barang-barangku, kenapa dia tidak mengambil saja motorku yang memang aku letakkan di luar bersama dengan sejumlah motor tetanggaku yang lain?. Jangan-jangan dia memang berniat busuk terhadapku. Astaghfirullah... namun demikian aku sangat bersyukur, karena dalam kelemahanku ketika tidur, Allah masih menjagaku. Bahkan Allah menahan tanganku menyibak gorden, hingga akupun masih bisa tidur nyenyak sampai subuh, padahal jendela telah tiada sejak semalam. Hanya ada gorden, bahkan tanpa besi pengaman.

Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah.

"Apakah engkau meremehkan suatu do'a kepada Allah?. Padahal engkau tidak tahu apa yang do'a lakukan untukmu" (Imam Syafi'ie).

0 Komentar untuk "Perlindungan Allah"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top