Week End di Kosan

Adek tertidur di lantai kamarku, kepalanya saja yang masih membantal di kasur. Sebuah buku kecil tipis yang kupinjamkan tadi terhimpit remuk antara dua lengannya. Dia tertidur saat tengah membaca buku cerita itu. Dia adiknya Kak Mariani, namanya Mariam. Mariam atau yang biasa kami sebut Adek masih duduk di kelas satu SMK, jurusan tata busana. Demi cita-cita yang tak mungkin terwujud jika hanya tinggal di desa, adekpun menyusul Kak Mariani ke kebupaten ini, kabupaten dengan waktu tempuh mencapai 12 jam dari kediaman orang tuanya.

Hari Sabtu kantorku hanya buka sampai siang. Setelahnya, akhir pekankupun dimulai. Kali ini aku sudah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah orang tuaku di Banda Aceh. Nanti saja akhir pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri aku pulang. Hari ini aku mau santai saja di kosan.

Sepulang kerja tadi, semua penghuni kosan tengah berkumpul di kamarku. Aku meminta adek mengepang rambutku agar tampak seperti orang India. "Kakak lebih mirip Orang Arab tau" katanya sambil mengepang rapi-rapi rambutku. "Jangan sering kali dipuji dek, nanti Kak Yuni kepalanya besar" ujar Kak Mar disambut derai tawa keduanya. Kami semua bersepakat pada satu adagium Bahasa Aceh yang artinya "memuji teman di hadapannya sama dengan membunuhnya". Pesannya adalah jangan sampai menjerumuskan teman sendiri ke dalam kesombongan.

Adek dan Kak Mar akhirnya tidur-tiduran di kamarku. Kamar ini ukurannya cukup luas untuk ditempati sendiri. Maka aku bebas menyeret kasurku ke sisi mana saja. Kali ini kubiarkan dia tergeletak di tengah-tengah kamar. Biar terkesan agak sedikit berandalan.

"Nih lihat, ada banyak buku yang bisa dibaca" ucapku sambil memamerkan deretan buku yang tersusun rapi di bagian paling atas lemari pakaianku. "Haha.. cuma segitu ajapun" ucap adek menertawakanku yang menyombongkan diri punya banyak buku. Sebenarnya bukuku hanya beberapa. Selebihnya buku-buku itu pemberian teman-teman dan beberapa memang statusnya hanya pinjaman. "Dari pada adek gak punya sama sekali" ledekku.

"Ni kak.. musafir cinta, cocok buat kakak yang sedang mencari cinta" kusodorkan sebuah novel kepada Kak Mar. "Ceritanya gimana kak coba ceritain..." kata adek yang mengaku malas membaca. "Enak aja. Bacalah sendiri" kataku. "Tebal kali ni, buku semua tebal-tebal, kalau kita ambil kesimpulan cuma satu lembar" Hah! Anak ini benar-benar malas membaca ternyata.

"Mau buku Berbahasa Aceh ada, Bahasa Inggris ada, buku hadist ada, novel-novelpun ada. Kalau mau ambil aja ya". Benar-benar aku berusaha menawarkan buku-bukuku. Sebab tak pernah kulihat teman-temanku ini membaca buku. Kecuali sebatas buku pelajaran sekolah saja ketika adek ujian, dan Kak Mar untuk persiapan mengajar. Tertarik pada buku cerpen tipis dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Inggris, Aceh, dan Indonesia, adekpun mengambil buku itu.

Lalu sejenak kutinggal dia ke lantai atas untuk melahap satu novel. Seperti biasa, aku larut dalam alur cerita yang tengah kubaca. Seperti dapat kuraba teks indah warna-warni yang dijalin menjuntai-juntai oleh sang penulis. Terhisap ke dalamnya. Seandainya saja kesabaranku cukup baik. Ingin sekali kutulis sebuah novel. Tapi sayang aku tidak begitu tekun.

Dan di lantai bawah, di kamarku. Adek tertidur setelah membaca beberapa halaman buku berteks Bahasa Aceh tadi.
Dasar payah.. -_-"

0 Komentar untuk "Week End di Kosan"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top