Pagi Kita

Alarm berbunyi pukul 05:30, biasanya aku bangun 15 menit kemudian. Lemah, letih, berat terasa. Kehamilanku sudah masuk bulan ke tujuh. Setiap pagi aku harus bangun subuh-subuh, melawan setiap sendi yang lemah. Memaksa diri bangkit dari tempat tidur lalu menanak nasi, melaksanakan shalat subuh, lalu kembali ke dapur menyiapkan makanan untuk keluarga kecil kami. Dengan harapan yang sama pada setiap irisan bawang dan cabenya, semoga suamiku suka dan makan dengan lahap. Perlahan-lahan kelelahan lenyap, berganti kekuatan yang datang entah dari mana.

Kira-kira pukul 07:30 semua makanan dan minuman hangat sudah siap. "Sayang.. ayo sarapan" ajakku. Biasanya dia akan segera keluar jika tidak sedang benar-benar mengantuk. Kami makan bersama dan larut dalam diskusi pagi.

Setelah sarapan yang singkat, aku beranjak mandi, siap-siap berangkat ke kantor. Suamiku biasanya membantu membereskan piring-piring bekas sarapan. Ia akan senantiasa mengingatkanku tentang jam yang sudah mepet ke pukul 8.

Setiap pagi dia sering menertawaiku jika aku mengeluh baju kantorku yang kian lama kian sempit. "Hari ini kancingnya sudah bukaan berapa?" Katanya meledek melihatku membiarkan dua kancing terakhir kemejaku terbuka, dengan perut membuncit dibalik gamis yang kupakai sebagai inner pakaian kerjaku. Mungkin tak berapa lama lagi kemeja ini akan kugunakan seperti rompi. Tanpa mengancingnya sama sekali. Dan di saat itu suamiku itu pasti akan semakin lebar tertawa.

0 Komentar untuk "Pagi Kita"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top