Balada Sambal

Setelah menikah kita harus saling menyesuaikan diri. Khusus urusan dapur, saya berusaha menyesuaikan dengan selera suami, sebab untuk urusan makan saya orangnya sangat adaptif.

Dan tibalah saya harus menerima kenyataan bahwa suami saya tidak suka sambal lado yang ditambahkan gula. Padahal dari bayi saya sudah terbiasa dengan sambal lado yang ada sedikit tambahan gula di dalamnya. Baiklah saya mengalah dan ikutin selera suami. Lalu saya menyadari ternyata lidah saya memang super adaptif, sambal lado rasa pedas dan asin itu pun bisa enak di lidah saya.

Suami saya memang tipe papa papa muda yang hobinya makan pake sambal. Soal sambal lado sudah kelar. Kini giliran sambal terasi, dia juga minta ga pake gula. Lalu si abang juga pesan level pedasnya dinaikin. Serius! sebelum nikah saya kira suami saya ini gak kuat makan pedas. Eh taunya malah pecinta pedas garis keras!

Fakta lain yang baru saya tahu setelah menikah adalah suami saya ternyata tidak suka sambal yang manis. Bukan sebatas masalah sambal lado atau sambal terasi yang tanpa gula, beliau juga tidak suka sambal kecap dengan kecap manis. Itu artinya saya akan makan ikan bakar dengan sambal kecap asin. What? Untuk yang satu ini lidah saya tidak bisa mentolerir. Maka setelah bermusyawarah, kami sepakat untuk persoalan sambal kecap ikan bakar kami akan mencampurkan sekaligus dua jenis kecap, kecap manis dan kecap asin. Syukur kami sepakat dalam hal penambahan jeruk nipisnya. Harus terasa asam jeruknya. Dan kamipun bahagia.

Keengganannya menyantap sambal manis akhirnya masuk ke jalur yang agak menyebalkan. Suami saya tidak suka sambal goreng. Salah satu resep yang biasa saya jadikan menu harian, dan kini terpaksa saya coret dari menu keluarga kami. Akhirnya ikan sambal goreng punah, tempe sambal goreng punah, dan yang paling pilu adalah sambal goreng telur puyuh pun ikut punah. Masih kurang pilu?  Baiklah, tahukah Anda saya sangat suka sambal goreng hati ayam? mengingat suami saya tidak suka sambal manis juga tidak suka makan ayam selain bagian daging, maka ia pun punah..

Baiklah, biar terkesan tidak diskriminatif terhadap hak makan perempuan, saya beri sedikit penjelasan. Memang benar sambal gorengnya punah. Tapi hati ayam, tempe, maupun telur puyuh tetap bisa saya nikmati kok. Suami sebenarnya gak melarang saya masak sesuai selera sendiri. Cuma saya aja yang malas masak banyak jenis. Lagian kan hati yang diungkep dan digoreng juga enak. Kenapa mesti ribet sekali masak sambal goreng.

Nah, perbedaan akan tetap ada meski di antara dua hati yang sama-sama mencintai. Perbedaan tidak bisa dieliminasi. Tapi kita masih bisa menyesuaikannya. Untuk tetap solid, sambil memperkaya kehidupan kita. See you :)

0 Komentar untuk "Balada Sambal"

Do'aku di Malam Ramadhan

Ya Allah  Saya mohon maaf sekali meniru dakwahnya Gus Baha yang saya nonton di youtube dalam berdo'a ala salah satu sahabat. Kebetulan s...

Back To Top