Tabahlah Ibu

Friday 7 April 2017

Ibu mertua. Adik ipar sedang sakit berat, kakak ipar tengah terkapar akibat pendarahan dan sakit kehamilan yang menyita seluruh tenaganya. Ayah mertua belum kunjung sehat usai kepalanya membentur sesuatu dengan keras akibat serangan darah tinggi mendadak.

Ibu sayang.. Tabahlah. Kuatkan hatimu. Semoga Allah kuatkan pula tubuhmu. Banyak beban yang harus kau tanggung dalam waktu bersamaan.

Aku, ibunya Umar. Tabahlah engkau ibunya Umar. Suamimu sedang jauh. Tahanlah lelah menggendong anakmu saat dia sedang merengek. Tahanlah mual mual itu agar yang di dalam tak kekurangan nutrisi. Tahanlah seleramu karena uang belanjamu harus diirit. Tabahlah ibu.

Ibu yang lain, cobaan dan berbagai masalah dari setiap anakmu mesti kau tanggung. Kelemahan mereka harus engkau kuatkan. Kadang kemarahan suamimupun harus kau balas sabar.

Ibuku, baru kusadari menjadi dirimu tidaklah semudah yang terbayangkan sebelumnya. Baru satu anakku sudah lelah rasanya, yang engkau asuh ada lima. Apa bebanmu harus kukalikan lima dari punyaku? Agar kutahu kesulitanmu. Dan itu masih saja aku mengeluh ibuku begini dan begitu. Padahal urusan masak setiap hari saja tak mampu kuberi balasan. Seratus juta atau sepuluh miliar tak bisa membeli semua makanan yang kau beri, yang kau siapkan dengan cermat. Yang kau timang timang soal gizinya, yang kau banding-banding kesegarannya, yang kau begitu teliti mencucinya.

Terima kasih ibu. Melihat dirimu membuatku tahu. Bahwa menjadi ibu harus menyenangkan, agar anak anak terbuka. Melayani suami harus selalu bak pengantin baru. Mengurus anak harus rela mengorbankan apapun yang bisa dikorbankan kecuali kewajiban kepada Allah.

Ibu, tabahlah, engkau tahu Allah menciptakan wanita dengan kekuatan dan ketabahan yang lebih besar dari semua masalah yang diberikan kepadanya. Insya Allah.